Menjaga 'Heart of Borneo' Tetap Berdetak
16 Sep/2019

Menjaga 'Heart of Borneo' Tetap Berdetak

Hawa panas sudah terasa dari beberapa ratus meter tempat Irwan berdiri. Napasnya padat dan terbalik di tengah kepulan segera yang membumbung tinggi di sekitarnya. Gemericik suara api yang menyala hangus pepohonan rimbun menambah semarak kacaunya hutan itu. 

Air dari sumur menipis. Pemukiman warga masih jauh. Irwan berharap udara dari kubangan-kubangan bakau masih tersisa, layak untuk memadamkan api pada hari ini. Tapi matahari tidak mau berkompromi dengan hujan. Ia terus berhasil dengan terik. Bahkan angin sesekali kencang berubah. 

Di ujung hari, Indonesia diberitakan telah resmi mengeluarkan setengah dari paru-parunya tentang hutan yang ditetapkan sebagai bencana nasional itu. 


Sekolah dan perkantoran di Kalimantan dan sekitarnya sampai diliburkan hampir dua bulan. Negara tetangga, Singapura dan Malaysia ikutan secepatnya pekat yang singgah di langit mereka. Media-media internasional mengutuk pemerintah Indonesia yang mempertimbangkan lalai mencegah dan menanggulangi hal tersebut.

Irwan Gunawan, yang saat ini diminta sebagai Direktur WWF-Indonesia (Hutan, Air Tawar Kalimantan), masih ingat betul pengalamannya turun ke lokasi kebakaran hutan yang melanda Kalimantan Tengah dan Barat pada tahun 2015.

Belum cukup tanaman reboisasi yang ditanam oleh tim WWF Indonesia dan Masyarakat lokal untuk memulihkan kebakaran hutan tahun 2015, tahun ini Irwan harus kembali berhadapan dengan kasus kebakaran hutan. Namun kacaunya kebakaran hutan tak berhasil berhenti optimis.

"Saya yakin kebakaran hutan tahun ini bisa padam dengan cepat. Masyarakat sekitar sudah cukup tanggap sejak pertama kali terjadi, sehingga kebakaran tak meluas dengan hebat," kata Irwan saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon pada Kamis (22/8). 

Meski dirasa bisa lebih cepat, Irwan tetap terpuruk dengan hutan yang rutin terjadi. Perusahaan dan individu yang melakukan eksploitasi hutan dengan mempertimbangkan hutan sebagai biang keladinya. Dibakar, dipadamkan, lalu direboisasi, begitu terus. 

Yang lebih membuat Irwan khawatir, kebakaran selalu menantang kelestarian taman-taman nasional yang berada di Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, serta Kalimantan Tengah dan Barat. Seperti di Taman Nasional Tesso Nilo dan Taman Nasional Sebangau. 

Irwan direkam, dua taman nasional sudah terbakar masing-masing 4,100 hektare dan 1,500 hektare hingga saat CNNIndonesia.com melakukan wawancara terkait. 

Gajah dan orangutan hanya segelintir dari lebih banyak lagi flora dan fauna yang saat ini terancam nyawanya di sana. Belum lagi penduduk lokal yang tinggal tak jauh dari taman nasional. Turis dan peneliti sudah pasti tak bisa datang.

"Kebakaran di TN Sebangau lebih sulit dipadamkan karena lahannya berupa gambut, yang kering saat musim kemarau seperti saat ini. Sementara TN Tesso Nilo lumayan dekat dengan pemukiman warga," ujar Irwan mengutarakan keinginannya. 

Irwan berharap agar area hutan hujan 'Heart of Borneo' tak ikut hangus akibat kebakaran hutan tahun ini. 

'Heart of Borneo' merupakan area hutan di Kalimantan yang berbatasan dengan Brunei Darussalam dan Malaysia (Sabah dan Sarawak). 

Di Malaysia, kawasan yang masuk dalam rangkaian 'Jantung Kalimantan' adalah TN Batang Ai, Suaka Margasatwa Lanjak Entimau, TN Gunung Mulu, TN Crocker Range, TN Kinabalu.

Lalu di Indonesia adalah TN Kayan Mentarang, TN Betung Kerihun, TN Bukit Baka Bukit Raya, TN Danau Sentarum.

Sementara di Brunei adalah TN Ulu Temburong.

Luas wilayah 22 hektar ini yang menyumbang 1 persen lahan hijau di dunia yang menjadi sumber udara bersih bumi. Sebanyak 6 persen kekayaan flora dan fauna dunia juga berasal dari situ, seperti Orangutan Kalimantan, badak, gajah, hingga Bunga Rafflesia.

Meski belum terdegradasi, tetapi sejak tiga dekade terakhir 'Heart of Borneo' telah rusak karena eksploitasi hutan yang semena-mena. Padahal daerah ini juga sama pentingnya dengan hutan hujan Amazon di Brasil - yang saat ini juga sedang rusak parah.


Penanganan kebakaran hutan di Indonesia masih dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, ditambah kelompok seperti WWF Indonesia. Irwan mengatakan belum ada bantuan dari pemerintah atau kelompok dari luar negeri, sementara peralatan yang kita miliki saat ini bisa terbilang minim.

Tapi minimnya peralatan tak jadi kecemasan bagi Irwan dan timnya. Pasalnya mereka yakin edukasi dan pelatihan yang selama ini disebarkan ke masyarakat bisa lebih dulu diandalkan daripada menunggu bantuan asing. 

"Selama ini WWF Indonesia selalu melakukan penyuluhan mengenai betapa berharganya hutan sehingga jangan dibakar untuk diolah dan pelatihan kepada masyarakat untuk bisa membantu memadamkan kebakaran hutan," kata Irwan.

"Melalui dua kegiatan tersebut, mereka dapat memahami mengapa hutan harus dijaga, terutama untuk kestabilan ekonomi mereka dan keselamatan peradaban," lanjutnya. 

Irwan mengestimasi kebakaran hutan saat ini sedang melanda Indonesia akan berakhir sekitar awal November. Itu pun jika tim pemadam berhasil menyetor kepala api, sumber api terbesar yang melumat hutan dan isinya. 

"Sejauh ini, area reboisasi aman. Fauna juga belum ada yang disetujui jadi korban, karena pemadaman di sana bisa dilakukan dengan cepat. Sekarang aku hanya bisa berharap kebakaran hutan tak menjalar lebih jauh dan memperbolehkan tetangga," katanya. 

Artikel Lainnya

Tidak Selalu Keracunan, Ini Penyebab Kucing Muntah Dan Penanganannya

Tidak Selalu Keracunan, Ini Penyebab Kucing Muntah Dan Penanganannya

Kita pasti merasa khawatir ketika kucing kesayangan kita tiba tiba mengalami muntah. Tapi tenang, mu...

Mitos dan Fakta Tentang Nanas Bagi Wanita

Mitos dan Fakta Tentang Nanas Bagi Wanita

Nanas sering kali jadi buah yang dihindari para wanita hamil ya bun. Buah kuning ini padahal sering ...

5 Jenis Olahraga Yang Dapat Dilakukan Penderita COVID-19

5 Jenis Olahraga Yang Dapat Dilakukan Penderita COVID-19

Banyak yang mengira pasien yang sedang terkena corona tidak bisa melakukan olahraga,tapi adaol...

Bersin Sekali Bukan Berarti Corona, Ini Perbedaannya Corona dan Flu Biasa

Bersin Sekali Bukan Berarti Corona, Ini Perbedaannya Corona dan Flu Biasa

Di masa pandemi seperti ini kamu melihat ada orang yang sedang bersin padahal orang tersebut tidak t...

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/gayahidup/web/gayahidup.id/public_html/application/modules/post/controllers/public/Main.php:203)

Filename: core/Input.php

Line Number: 408

Backtrace:

File: /home/gayahidup/web/gayahidup.id/public_html/application/core/BIMA_Controller.php
Line: 508
Function: set_cookie

File: /home/gayahidup/web/gayahidup.id/public_html/application/modules/post/controllers/public/Main.php
Line: 206
Function: facebook_pixel

File: /home/gayahidup/web/gayahidup.id/public_html/index.php
Line: 317
Function: require_once